Minggu, 21 Juni 2015

#3 Ragam Mahasiswa

Kemaren gue udah coba bahas model dosen, sekarang gue coba paparkan beberapa model mahasiswa yang udah gue temui sejak kuliah sampai gue jadi dosen. 

Mahasiswa Idealis
Cirinya sederhana; maju tak gentar bela yang benar. Mahasiswa model begini boleh dibilang udah langka di pasaran mengingat keberadaannya dianggap ancaman oleh mahasiswa atau dosen yang suka main-main sama aturan. Mahasiswa idealis gak mentingin nilai, bagi mereka nilai adalah bentuk interpretasi diri. Kalo memang punya kompetensi artinya layak dapat nilai tinggi, gitu juga sebaliknya. Mahasiswa idealis juga punya keberanian yang luar biasa, mereka gak segan mengkritik atau menenatang orang-orang yang mereka anggap salah, bahkan dosen sekalipun. 

Mahasiswa Akademis
Ini golongan mahasiswa yang menganggap nilai adalah tujuan utama dari kuliah. Cara apapun bakal mereka lakukan demi dapat nilai tinggi. Mulai dari cara yang jujur; rajin kuliah, rajin ngerjain tugas, rajin cari bahan kuliah, sampai cara yang gak masuk akal; ngajak dosen karokean biar dosennya seneng dan ngasi nilai tinggi. Bagi mahasiswa akademis, "B" adalah nilai terendah yang ada di transkrip mereka. Karena orientasinya nilai, aspek pengetahuan dan pengalaman selama kuliah juga terabaikan. Mereka cenderung anti dengan kegiatan organisasi karena dikhawatirkan bakal ganggu konsentrasi kuliah.

Mahasiswa Organisatoris
Lawan dari mahasiswa akademis. Golongan mahasiswa yang lebih suka bergelut di organisasi kampus dan kemasyarakatan. Cenderung lebih peka terhadap isu sosial dan sangat terampil dalam berorasi. Tak jarang, mereka lebih milih ikut demo di jalan ketimbang ikut perkuliahan di kelas.

Mahasiswa Pesimis
Kasta terendah dari hierarki kemahasiswaan. Bisa disebut kumpulan mahasiswa terbuang dan terabaikan karena memang gak punya orientasi yang jelas tentang kuliah. Prinsipnya yang penting kuliah, perkara dapat nilai bagus atau gak, perkara dapat ilmu atau gak, perkara ntar bakal selesai atau DO itu gak jadi soal, yang penting statusnya mahasiswa. Golongan mahasiswa ini cuma ngarepin rasa iba dosen buat ngasi nilai alakadarnya.

Jumat, 19 Juni 2015

#2 Macam ragam model dosen

Lumrahnya seorang manusia, dosen bukanlah individu yang mampu untuk selalu tampil sempurna dan mampu memenuhi ekspektasi semua mahasiswa, terlebih beberapa dosen punya kepribadian masing-masing yang menuntut untuk dimaklumi oleh para mahasiswa. 
Berdasarkan pengalaman kuliah gue selama bertahun-tahun ditambah pengalaman bergaul dengan banyak dosen, gue mencoba membagi dosen menjadi beberapa kelompok.

Dosen Sepuh
Dosen tipe ini sebenernya udah gak cukup layak buat mengajar, mengingat usia dan kondisi fisik yang udah uzur. Beberapa dosen sepuh bahkan sudah melewati 3 generasi (mahasiswanya seumuran cucunya yang paling bungsu). Gak sedikit mahasiswa yang kemudian menjadi rekan kerja dosen sepuh ini. Dalam proses perkuliahan, dosen model ini konsisten menerapkan gaya mengajar feodal. Mereka cenderung gak mau menggunakan model dan teknologi pembelajaran terbaru dengan alasan "yang lama lebih bernilai". Konsep ini cenderung nyulitkan mahasiswa, karena dosen menggunakan buku referensi yang cuma bisa dibaca di etalase museum (itu juga kalo masih bisa dibaca). Karena udah sepuh, dosen juga jadi sensitif banget dan gak suka kalo pendapatnya ditentang sama mahasiswa.

Dosen Idealis
Dosen ini punya prinsip hidup yang kuat banget, ngelakuin hal yang ia yakin kebenarannya dan gak mentoleransi kalo ada masahasiswa yang salah atau lalai. Type dosen yang berpegang sama teori dan aturan yang udah baku. Semisal ada mahasiswa yang salah, biarpun masih punya hubungan keluarga tetep aja gak dilulusin.

Dosen Killer
Disebut killer bukan berarti dosen suka mutilasi dan bikin sop daging mahasiswa, tapi lebih karena susah ngasi nilai tinggi dan punya aturan yang ketat soal perkuliahan. Mata kuliah yang diajar sama dosen ini dijamin bakal jadi mata kuliah yang paling sulit bagi mahasiswa, bukan perkara materi yang susah dipelajari tapi mahasiswa udah pada spot jantung tiap masuk ruang kelas. Dosen ini gak suka banget sama mahasiswa telat, urakan dan sotoy. Telat 1 menit aja dari jadwal kuliah, dijamin gak dibolehin masuk kelas. Standar nilainya juga tinggi banget, buat dapat nilai B aja mahasiswa kudu datang setengah jam lebih awal tiap perkuliahan, ngumpulin tugas 2 minggu lebih awal dari deadline, UTS dan UAS kudu sesuai teori yang dipakai dosen plus ditambah sikap baik selama perkuliahan.

Dosen Bijak
Ini masuk kategori dosen langka yang muncul tiap 10 tahun sekali dalam 1 kampus. Dosen yang enak diajak ngobrol / dicurhatin mahasiswa, dosen yang diseganin karena perkataannya singkron sama tindakannya, dosen yang masih ngasi maaf dan mau ngebimbing kalo mahasiswanya khilaf. Perkara nilai, dosen tipe ini ngasi sesuai kadar mahasisnya. Kalo mahasiswanya punya kompetensi dikasi nilai tinggi, kalo gak punya kompetensi tapi kelakuannya baik juga bisa dikasi nilai tinggi. Sederhananya dosen model begini memposisikan dirinya sebagai rekan dari mahasiswa.

Dosen Jablay
Masuk dalam kategori bahaya dan rasis. Jadi jablay karena biasanya jauh dari pasangan sah (istri atau suami). Dosen ini cuma baik sama mahasiswa lawan jenis yang penampilannya enak dilihat. Kalo ini dosen cowok, dia cuma baik sama mahasiswi yang cantik dan bohay. Perkara mahasiswinya pintar atau gak itu urusan belakang, yang penting mau diajak ngobrol.

Dosen PHP
Hanya masuk kategori bahaya tapi tidak rasis. Dosen tipe ini suka lama ngeluarin nilai mahasiswanya. Bahkan nilai bisa keluar saat semester baru udah jalan 3 bulan,. Akibatnya beberepa mahasiswa yang IPK-nya pas-pasan jadi gak bisa ambil mata kuliah banyak karena ada nilai yang belum keluar.

Dosen Cuek
Dosen ini sama sekali gak suka bersosialisasi sama mahasiswa. Ia beranggapan bahwa mahasiswa dan dosen adalah dua spesies yang berbeda kasta, dosen kasta atas mahasiswa kasta bawah. Dosen ini juga bikin bingung mahasiswa, ditegur gak ditanggepin gak ditegur mahasiswa dibilang sombong. Perkara nilai, biasanya dosen main pukul sama rata. Mau mahasiswa pintar, rajin, malas atau bloon nilainya dikasi sama.

Rabu, 17 Juni 2015

#1 Gini toh rasanya jadi dosen..

Profesi dosen sendiri punya penilaian bermacam-macam tergantung sudut pandang di penilai, misal;
Dalam persepsi masyarakat, seorang dosen termasuk kategori pekerjaan high class yang hanya bisa dijalani oleh orang-orang pintar sehingga seorang dosen sangat dihormati oleh anggota masyarakat lain.
Dalam persepsi mahasiswa, dosen diklasifikasikan dalam pandangan yang seragam mulai dari dosen sepuh (sudahsangatseniorsekali), dosen killer (hobi memutilasi harapan mahasiswa), dosen PHP (paling lama ngeluarin nilai), dosen genit (cuma baik sama mahasiswi cantik), dosen bijak (nilai standar 'B'), dosen sibuk tapi pengertian (jarang masuk tapi nilai mahasiswa A semua), dosen gaul (suka nongkrong bareng mahasiswa) dan beragam sebutan dosen lainnya. Tapi, terlepas dari itu semua, mahasiswa punya satu pemahaman yang sama bahwa dosen adalah hakim pada sebuah mata kuliah. Mau mahasiswa sepintar apapun, serajin apapun, sebaik apapun, kalo dosen mutusin gak lulus mata kuliah dia tetep bakal gak lulus. Gitu juga sebaliknya, mau mahasiwa datang cuma setengah perkuliahan atau telat ngumpulin tugas tapi kalo dosen mutusin dia lulus, tetep bakal lulus. Ibarat lomba, keputusan dosen buat ngelulusin mahasiswa bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Persepsi yang berbeda dari masing-masing individu terhadap profesi dosen bisa gue maklumin karna semua tergantung dari tingkat pendidikan dan pemahaman orang terhadap dosen. Sewaktu gue kuliah, gue gak pernah kebayang bakal jadi dosen karena menurut gue jadi dosen tuh gak mudah. Kita mesti bener-bener cerdas dan punya wawasan luas, kalo gak bisa-bisa kita malah dikacangin sama mahasiswa yang lebih jenius. 

Persepsi gue sedikit berubah setelah gue jadi dosen. Gue ngerasa jadi dosen gak jauh beda sama jadi guru di SMA. Cara ngajarnya malah lebih gampang karena gue gak mesti ceramah full 3 sks atau ngejelasin secara runtut materi kuliah. Tinggal jelasin tujua perkuliahan, pokok-pokok materi kuliah trus minta mahasiswa cari referensi. Setelah itu gue tinggal diskusi sama mahasiswa yang masih niat untuk memahami materinya. Buat nambah pemahaman mahasiswa, gue tinggal kasi tugas mingguan. Gampang kan??

Senin, 15 Juni 2015

Jadi Dosen Cuyy... !!

Sebenernya jadi seorang dosen bukan cita-cita awal gue. Dulu gue pengen banget jadi perawat, tapi gue batal daftar kuliah di keperawatan lantaran nyokap kurang setuju. Nyokap bilang gue penyakitan, jadi gak cocok jadi perawat. Nyokap khawatir ntar malah pasien yang ngerawat saat penyakit gue kambuh pas dinas. Walhasil, setamat SMA gue akhirnya daftar kuliah d fakultas keguruan meneruskan silsilah pekerjaan d keluarga besar gue. Yup, gue emang lahir dan dibesarkan di keluarga guru. Bokap dan nyokap gue guru. Paman & bibi gue sebagian besar guru. Abang gue yang paling tua juga guru. Bahkan menantu nyokap gue semuanya lulusan keguruan, jadi perkara mendidik dan mengajar emang udah deket banget sama dunia gue. Bahkan sejak kecil gue sering ikut nyokap ngajar di kelas.
Saat diputuskan untuk kuliah di keguruan, rencana hidup gue simpel banget. Gue kuliah > jadi sarjana > jadi guru PNS >  nikah  >  hidup bahagia selamanya. Tapi, ternyata Allah berkehendak lain, perjalanan gue jadi beda banget dari rencana awal. Tadinya gue pengen fokus kuliah aja, taunya gue malah asik ikut organisasi kampus. Tadinya pas selesai kuliah pengen langsung kerja, taunya gue malah lanjut kuliah lagi. Tadinya pengen nikah kalo udah kerja, taunya emang nikah pas udah dapat kerja. Cuma bedanya gue kerja sambil lanjut kuliah. Tadinya pengen ngabdi di kampung halaman, taunya ngabdi di perantauan. Walaupun akhirnya gak sesuai rencana awal, gue tetap harus bersyukur, minimal gue gak jadi pengangguran atau nyusahin orang tua gue.
well... di sinilah gue sekarang, terdampar di kampus tempat gue pernah menimba ilmu dan belajar tentang hidup. Bedanya, dulu gue yang diajar, sekarang gue yang ngajar. Dulu gue yang jadi mahasiswa, sekarang gue yang jadi dosen... 😎